Pengurangan konsumsi lemak sedini mungkin sudah diakui dapat mencegah penyakit jantung. Yang menjadi persoalan adalah seberapa jauh "sedini mungkin" ini dapat diterapkan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh para peneliti Finlandia, pengurangan konsumsi lemak pada anak-anak untuk mencegah munculnya penyakit jantung di kemudian hari dapat dimulai sebelum usia 2 tahun tanpa membahayakan otak mereka.
Panduan-panduan di Amerika Serikat memberikan rekomendasi yang menentang pembatasan lemak sebelum usia 2 tahun. Penentangan itu sebagian besar berasal dari kekhawatiran bahwa defisiensi (kekurangan) lemak dapat melumpuhkan perkembangan dari otak anak-anak yang seharusnya tumbuh dengan cepat.
Penelitian terhadap 496 anak-anak Finlandia yang diikuti dari usia 7 bulan hingga 5 tahun “berjalan begitu jauh untuk mengakhiri kekhawatiran tersebut,” ujar Dr. Gilman Grave, kepala endokrinologi, nutrisi, dan pertumbuhan di National Institute of Child Health and Human Development.
Pada usia 5 tahun, anak-anak yang menjalani diet pengurangan lemak dan mereka yang menjalani diet biasa memiliki kemampuan serupa dalam beberapa tes, seperti, kemampuan berbicara, bahasa, fungsi motorik dan visual. Grave mengatakan bahwa hasil-hasil tersebut dapat membantu mengatasi “epidemi nasional obesitas anak”. Para ahli nutrisi AS lainnya bersikap lebih skeptis.
Otopsi-otopsi telah menunjukkan bahwa bahkan pada anak-anak yang masih kecil dapat terbentuk lapisan lemak dalam arteri jantung mereka. Dan para peneliti Finlandia berhipotesa bahwa pembatasan konsumsi lemak dalam awal masa kanak-kanak mungkin mencegah hal tersebut untuk terjadi dan mengurangi risiko penyakit jantung di kemudian hari.
Namun pembuluh darah arteri anak-anak tersebut tidak diperiksa, dan mereka tidak diikuti perkembangannya hingga masa dewasa. Akibatnya, efek jangka panjang dari diet mereka tidak diketahui, ujar Sheah Rarback, seorang ahli diet penyakit anak dan juru bicara bagi American Dietetic Association.
Penelitian yang dipimpin oleh Dr. Leena Rask-Nissila dari University of Turku ini muncul dalam Journal of the American Medical Association edisi hari Rabu. Dalam sebuah fase awal penelitian tersebut, para peneliti melaporkan pada tahun 1997 bahwa anak-anak yang menjalani diet rendah lemak berkembang dengan baik secara nutrisi kecuali bagi vitamin D dan zat besi, dan mereka direkomendasikan suplemen-suplemen hingga usia 2 tahun.
Para anak-anak dan keluarga mereka dibagi secara acak ke dalam dua kelompok. Para orang tua di salah satu kelompok diminta untuk menerapkan diet rendah-lemak pada anak-anak mereka dengan tujuan membatasi konsumsi lemak hingga tak lebih dari 30 sampai 35 persen kalori harian. Sebaliknya, panduan AS merekomendasikan pembatasan konsumsi lemak hingga tidak lebih dari 30 persen kalori dimulai dari usia 2 tahun.
Pemberian ASI atau susu formula direkomendasikan bagi kedua kelompok hingga usia 1 tahun. Para orangtua dari anak-anak dalam kelompok rendah lemak disarankan untuk membatasi konsumsi lemak jenuh dan kolesterol bagi anak-anak mereka dan memberikan susu tanpa lemak pada anak-anak mereka setelah mereka menyapih.
Para orangtua dari anak-anak dalam kelompok lainnya disarankan untuk memberikan susu sapi pada anak-anak mereka yang mengandung setidaknya 1,9 persen lemak dimulai pada usia 1 tahun namun setelah usia satu tahun tidak menerima panduan spesifik mengenai konsumsi lemak.
Pada usia 13 bulan, konsumsi lemak rata-rata per hari mencapai 25,5 persen bagi kelompok rendah lemak dan 27,6 persen bagi kelompok kontrol. Pada kelompok rendah-lemak, tingkat lemak tersebut mendekati 30 persen pada usia 2 tahun, dan pada sisa waktu penelitian, kadar lemak tersebut tetap berada pada kisaran ini. Pada kelompok kontrol, kadar lemak mendekati 33 persen bagi usia 2 hingga 5 tahun.
Tingkat kolesterol dalam kelompok rendah-lemak mencapai 3 hingga 5 persen lebih rendah dibandingkan dengan anak-anak di kelompok kontrol sepanjang penelitian ini.
Melody Persinger, seorang ahli diet di Children's National Medical Center di Washington, khawatir bahwa penemuan-penemuan tersebut dapat mendorong para orangtua yang terlalu bersemangat untuk menerapkan pembatasan diet yang dapat membuat anak-anak yang cerewet menghadapi risiko kekurangan gizi.
Dan Rarbarck mempertanyakan apakah pengurangan secukupnya dalam kolesterol yang diperoleh oleh anak-anak di kelompok rendah lemak bagi untuk risiko tersebut. “Masa-masa ini merupakan tahun-tahun pertumbuhan,” ujarnya. “Anda harus mengetahui manfaat jangka panjangnya untuk membuat jenis perubahan-perubahan semacam itu.”
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Response to "Pengaruh Diet Rendah Lemak Terhadap Perkembangan Otak Anak"
Posting Komentar